NILAI EKONOMI KARBON DALAM PENANGGULANGAN PERUBAHAN IKLIM 

Penulis : Kumalasari Dewi Wijaya | Penyunting: BHB

Dewasa ini, perubahan iklim menjadi satu permasalahan pelik yang gencar diupayakan solusinya oleh banyak pihak secara global. Perubahan iklim yang terjadi saat ini bukan lagi fenomena alam yang bisa diprediksi dengan mudah dan terjadi sangat cepat. Kondisi ini dipengaruhi oleh aktivitas manusia yang semakin meningkatkan konsentrasi gas rumah kaca (GRK) di atmosfer Bumi, yang kemudian berdampak langsung pada perubahan temperatur Bumi yang ekstrem. Es di kutub mulai mencair, meningkatkan tingginya permukaan air laut, fenomena bencana alam yang merusak, dan  flora-fauna yang mulai punah merupakan dampak dari perubahan iklim yang semakin dirasakan. Pada akhirnya, fenomena-fenomena ini akan mempengaruhi kehidupan sosial, ekonomi, dan kesejahteraan manusia. 

Untuk itu, telah muncul banyak upaya yang dapat membantu mengurangi emisi karbon dan memperlambat dampak perubahan iklim. Contohnya, adalah konsep nilai ekonomi karbon yang dapat mengurangi dampak negatif dari peningkatan gas rumah kaca melalui berbagai mekanisme. Topik inilah yang diangkat pada kuliah tamu mata kuliah Pengantar Teknik Bisnis, salah satu mata kuliah di program spesialisasi Chemical Business Development (CBD), Teknik Kimia UNPAR, pada 9 Desember 2024 secara daring. Mahasiswa/i Teknik Kimia yang mengambil mata kuliah ini diajarkan bagaimana mengelola emisi karbon yang pastinya akan dihasilkan dari limbah pabrik secara bertanggung jawab dan berkelanjutan dari segi bisnisnya.

Asni Ibrahim dan PT Jejak Ekologi Nusantara 

Bapak Asni Ibrahim sebagai CEO PT Jejak Ekologi Nusantara merupakan salah satu tokoh yang aktif berupaya dalam tindakan mitigasi perubahan iklim di Indonesia. Perusahaan ini berfokus pada forest offset emission yang bertujuan mengurangi jejak karbon melalui pemeliharaan dan rehabilitasi hutan. PT Jejak Ekologi Nusantara bergerak di bidang penyediaan solusi offset emisi yang membantu perusahaan dan individu dalam mengimbangi emisi gas rumah kaca yang mereka hasilkan dengan berinvestasi dalam konservasi hutan, di mana hutan berperan besar sebagai penyerap karbon alami dan menjaga keseimbangan ekosistem lingkungan. Dalam kegiatan ini, PT Jejak Ekologi Nusantara menjadi konsultan yang menyediakan layanan terkait perdagangan karbon (carbon trading) untuk mencapai netralitas karbon. Selain itu, terdapat pendekatan inovatif yang dikembangkan seperti Plastic Fischer GmbH yang melalui mekanismenya, konsep ini memungkinkan perusahaan atau individu untuk mengimbangi jejak karbon mereka yang disebabkan oleh plastik dengan kegiatan daur ulang sampah plastik. 

Perubahan Iklim dan Dampaknya 

Perubahan iklim adalah suatu fenomena alam yang terjadi secara alamiah. Namun, seiring berjalannya waktu, perubahan iklim semakin cepat terjadi dan banyak campur tangan aktivitas manusia yang menghasilkan emisi gas rumah kaca dan pada akhirnya berpengaruh terhadap perubahan iklim yang signifikan. Aktivitas manusia seperti di sektor pertanian, peternakan, transportasi, dan pengelolaan limbah akan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang meningkatkan efek rumah kaca. Efek rumah kaca dapat menjaga suhu Bumi tetap hangat, namun kelebihan emisi gas ini dapat mengarah pada pemanasan global yang tidak terkendali, seperti yang terjadi saat ini. 

Perubahan iklim ini pada akhirnya berdampak bagi kehidupan di muka Bumi. Dampak perubahan iklim bagi lingkungan dapat dilihat pada seringnya terjadi fenomena banjir, kebakaran hutan, gelombang panas (heat wave), dan bencana alam lainnya yang semakin sering terjadi. Kenaikan suhu yang terus-menerus dapat mengganggu pola cuaca alami dan merusak ekosistem, serta memengaruhi keberagaman hayati. Dampak perubahan iklim juga memengaruhi kesehatan mental dan fisik manusia. Penyakit menular dapat menyebar dengan cepat akibat perubahan pola cuaca. Heat wave yang terjadi juga dapat menjadi faktor timbulnya mental illness. Selain itu, migrasi massal akibat bencana alam dapat menimbulkan konflik sosial antara penduduk lokal dan migran. Perubahan iklim juga berdampak pada perekonomian, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Stabilitas ekonomi global dapat terganggu akibat gangguan pada rantai pasok, kerugian harta benda akibat bencana, serta biaya untuk upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim. 

Mengapa Kenaikan Suhu Bumi Harus di Bawah 2oC? 

Kenaikan suhu Bumi yang melebihi 2oC akan mengakibatkan perubahan iklim yang jauh lebih ekstrem dan tidak dapat diprediksi, yang pada akhirnya dapat menghancurkan ekosistem, mengancam ketahanan pangan, dan meningkatkan ketegangan sosial akibat krisis sumber daya. Oleh karena itu, dibentuklah sebuah kesepakatan internasional untuk berusaha menjaga kenaikan suhu Bumi di bawah 2oC, dengan mengupayakan pembatasan kenaikan suhu hingga 1,5oC. Dengan demikian, komitmen untuk mengurangi emisi GRK dan transisi menuju ekonomi rendah karbon menjadi sangat penting. 

Upaya Mengatasi Perubahan Iklim 

Upaya internasional telah dilakukan melalui konferensi antar negara, seperti Earth Summit yang pertama kali diselenggarakan pada tahun 1992 di Rio de Janeiro. Konferensi ini kemudian berlanjut hingga tahun 2000-an, mulai dikenalkan mekanisme perdagangan karbon melalui sistem berbasis pasar. Perdagangan karbon, baik dalam bentuk perdagangan izin emisi maupun offset emisi, menjadi salah satu aspek penting dalam mencapai target pengurangan emisi GRK. Di Indonesia, kebijakan terkait pengendalian emisi GRK tertuang dalam Perpres No. 98 Tahun 2021 tentang pencapaian target kontribusi yang ditetapkan secara nasional dalam pengendalian emisi GRK untuk pembangunan nasional. Perpres ini memuat mekanisme berbasis pasar dan non-pasar yang dapat diimplementasikan dalam pengurangan emisi GRK, di mana mekanisme berbasis pasar meliputi perdagangan izin emisi dan offset emisi, sedangkan mekanisme berbasis non-pasar meliputi pembayaran berbasis hasil dan pungutan atas karbon.