Penulis: Maqdalene Roblens | Penyunting: Ferlita Agnes Prasnasheilla, Kevin Wanta
— 19 Agustus 2024
Chemical Business Development (CBD) merupakan program spesialisasi baru berdiri sejak 2020 di Program Studi Sarjana Teknik Kimia, Universitas Katolik Parahyangan. Pembentukan program CBD ini didasarkan pada profil para alumninya yang banyak berkarir di luar kompetensi utama lulusan Teknik Kimia, yaitu di business development, sales, marketing, purchasing, logistics, and supply chain management pada berbagai industri kimia, seperti diilustrasikan di bawah:

Kali ini, Ben Indra, salah seorang alumni TK UNPAR, berbagi cerita dan pengalaman karirnya sebagai berikut
PERKENALAN DAN LATAR BELAKANG
Ben Indra Lahir di Jakarta dan menamatkan pendidikan di SMA Kanisius, Ben memilih untuk melanjutkan studi di Indonesia meskipun banyak teman dan keluarganya berkuliah di luar negeri. Keputusan untuk memilih jurusan Teknik Kimia di UNPAR dibanding Teknik Perminyakan di Universitas Indonesia didasarkan pada minatnya terhadap pangan dan bioteknologi, serta keinginan untuk memberdayakan industri di Indonesia.
PENGALAMAN KERJA DI P&G
Ben berhasil mendapatkan kesempatan bekerja di Procter & Gamble (P&G) berkat kemampuan berpikir strategis dan oportunis yang dikembangkannya sejak awal kuliah. Dia mempersiapkan diri dengan baik, tidak hanya dalam hal akademis tetapi juga dalam mengembangkan kemampuan kepemimpinan, komunikasi, dan pengaruh. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapinya adalah cara berpikir yang terlalu idealis dan konseptual. Banyak ide yang bagus secara teori namun sulit diimplementasikan karena faktor biaya, kompleksitas, atau waktu penerapan yang lama. Proyek paling menantang yang pernah Ben kerjakan adalah desain dan pengembangan produk untuk merek Rejoice Hair Care bagi konsumen berpenghasilan rendah. Proyek ini mengharuskan Ben untuk benar-benar mendengarkan kebutuhan konsumen di berbagai negara seperti Tiongkok, Filipina, Meksiko, dan Turki, dan menanggalkan asumsi-asumsinya sendiri sebagai konsumen produk perawatan rambut. Di P&G, Ben belajar pentingnya mentorship, kerangka berpikir yang selalu belajar, dan prinsip 80%-20%, yaitu menggunakan data, pengalaman, intuisi, dan opini orang lain untuk membuat keputusan yang efektif dan efisien.
TRANSISI KE DUNIA BISNIS
Sebagai seorang profesional riset pasar, Ben menyadari bahwa banyak kebutuhan konsumen yang tidak dapat dipenuhi oleh perusahaan multinasional karena berbagai keterbatasan. Hal ini mendorongnya untuk mendirikan bisnis Beauty Care yang fokus pada kebutuhan yang tidak terlayani, seperti produk perawatan kulit yang aman dan efektif untuk ibu hamil. Selain bisnis Beauty Care, Ben dan rekannya juga mendirikan bisnis restoran Korean BBQ dan Korean Street Food di Singapura. Dalam waktu sembilan tahun, bisnis ini berkembang menjadi 18 restoran yang tersebar di berbagai mal di Singapura.
TANTANGAN DAN KEBERHASILAN SEBAGAI BISNIS OWNER
Ben menghadapi berbagai tantangan sebagai pemilik bisnis, seperti keterbatasan anggaran dan tim yang kecil. Namun, ia berhasil mengatasi tantangan ini dengan kreativitas, pemikiran praktis, dan belajar untuk mengandalkan konsultan untuk pengetahuan tertentu. Salah satu keberhasilan yang paling dibanggakan Ben adalah terpilihnya produk Beauty Care untuk ibu hamil sebagai ‘The Best Pregnancy Range‘ oleh majalah Harper’s Bazaar di tahun 2018, dan bisnis restorannya yang menjadi contoh sukses transformasi digital selama pandemi Covid-19 di Singapura.
PEMBELAJARAN DARI TEKNIK KIMIA UNPAR
Pendidikan Teknik Kimia yang menggabungkan berbagai disiplin ilmu sangat membantu Ben dalam berpikir holistik, baik di dunia korporat maupun start-up. Ben mampu menghubungkan berbagai pengetahuan dan melihat gambaran besar dalam setiap proyek yang dikerjakannya. Jika bisa memutar kembali waktu, Ben akan lebih fokus pada metrik karier yang tepat sejak awal, seperti tanggung jawab dan pembelajaran daripada hanya mengejar promosi dan kenaikan gaji. Ben juga menyarankan agar tidak ragu untuk meminta arahan dan bantuan dari pihak yang lebih berpengalaman.
Ben menyarankan mahasiswa untuk serius memikirkan jalur karier sedini mungkin dan memanfaatkan berbagai sumber informasi serta seminar atau workshop yang tersedia. Ben juga menekankan pentingnya memperkaya wawasan dengan referensi terkait jalur karier dan mengikuti program tambahan, seperti TED Talk, Coursera, atau UNPAR+.
Ben telah merampungkan karier korporatnya pada tahun 2023 dan berencana untuk exit dari bisnis restorannya pada tahun 2025. Fokus utamanya setelah itu adalah membantu pemberdayaan UKM, memasarkan memoir yang sedang diterbitkan, dan traveling. Kisah Ben Indra adalah contoh inspiratif bagaimana pendidikan yang solid, pemikiran strategis, dan keberanian mengambil risiko dapat membuka jalan menuju sukses di berbagai bidang, baik di dunia korporat maupun bisnis.
Semoga perjalanan kariernya dapat menjadi motivasi bagi banyak orang untuk terus belajar dan berinovasi.