Pada hari Rabu, 7 Agustus 2024, diadakan Sidang Terbuka Senat Universitas Katolik Parahyangan dalam rangka Pengukuhan Guru Besar Teknik Kimia di bidang Rekayasa Produk Polimer, Prof. Dr. Ir. Henky Muljana, S.T., M.Eng, bersamaan dengan Pengukuhan Guru Besar Teknik Mekatronika, Prof. Dr. Ir. Bagus Made Arthaya, M.Eng. Dalam kesempatan tersebut, Prof. Henky menyampaikan pidato pengukuhannya yang berjudul Rekayasan Produk Polimer: Penerapan Prinsip Kimia Hijau dan Kimia Sirkular dalam Pengembangan Produk Polimer Berkelanjutan.
Prof. Henky mengawali pidatonya dengan penjelasan mengenai pengembangan produk polimer. Pengembangan produk atau rekayasa produk polimer adalah bidang ilmu yang berfokus pada pengembangan produk polimer melalui modifikasi fisika atau kimia untuk menghasilkan produk dengan sifat yang berbeda sesuai kebutuhan. Proses ini melibatkan beberapa tahapan, termasuk identifikasi kebutuhan, pengumpulan ide, pemilihan ide, proses pembuatan, dan pemasaran. Dengan lingkup pekerjaan yang besar, pengembangan produk polimer memerlukan tim kerja dari berbagai disiplin ilmu, termasuk kimia, fisika, bisnis, pemasaran, matematika, dan keuangan. Kebutuhan untuk mengembangkan produk polimer dapat berasal dari kebutuhan konsumen, teknologi baru, serta persoalan keberlanjutan dan dampak lingkungan.
Data menunjukkan bahwa tingkat penggunaan produk-produk polimer dalam kehidupan manusia semakin tinggi. Hal ini terlihat dari peningkatan jumlah produksi polimer sintetis secara global, yang mencapai 400,3 juta ton pada tahun 2022, naik signifikan jika dibandingkan 1,5 juta ton pada tahun 1950. Produk polimer dikategorikan menjadi enam jenis utama, yaitu serat, elastomer, plastik, komposit, perekat, dan cat, dengan polietilen, polipropilen, polistiren, polivinil klorida, polietilen tereftalat, dan poliuretan sebagai polimer paling banyak diproduksi. Tingginya penggunaan polimer mengakibatkan masalah ketergantungan pada bahan bakar fosil, peningkatan limbah polimer, dan penggunaan pelarut organik berbahaya. Produksi polimer bergantung pada bahan baku yang tidak dapat diperbarui, sementara limbah polimer, terutama plastik dan ban bekas, sulit terurai dan mencemari lingkungan. Industri polimer juga menggunakan banyak pelarut organik berbahaya, sehingga diperlukan solusi proses produksi yang lebih ramah lingkungan.

Lebih lanjut, Prof. Henky menyampaikan beberapa strategi pengembangan produk polimer yang lebih mendukung keberlanjutan. Di antaranya, pentingnya keterlibatan berbagai pemangku kepentingan, termasuk masyarakat, industri, akademisi, peneliti, dan pemerintah. Kesadaran masyarakat dan regulasi yang tepat dari pemerintah sangat penting dalam mengelola penggunaan plastik dan limbah yang dihasilkannya. Sementara itu, industri, akademisi, dan peneliti harus memikirkan strategi pengembangan produk polimer yang lebih berkelanjutan. Konsep kimia hijau dan kimia sirkular dapat diterapkan untuk mengembangkan polimer yang menggunakan bahan baku terbarukan dan menghasilkan produk yang aman bagi lingkungan.
Salah satu strategi adalah pemanfaatan biopolimer, seperti pati, yang dapat diolah menjadi bioplastik melalui modifikasi kimia untuk meningkatkan sifat fisik dan kimianya. Penelitian juga menunjukkan bahwa pelarut superkritik CO2 dapat digunakan sebagai alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan pelarut konvensional. Selain itu, konsep kimia sirkular mendukung penggunaan kembali limbah sebagai bahan baku, seperti dalam penggunaan minyak goreng bekas untuk modifikasi pati. Selain itu, pengembangan polimer termoset yang dapat didaur ulang melalui reaksi ikatan silang Diels-Alder juga menjadi fokus penelitian. Reaksi ini memungkinkan ikatan silang pada polimer untuk terbuka dan tertutup dengan perubahan suhu, sehingga memungkinkan daur ulang polimer termoset. Penerapan mekanisme Diels Alder pada polipropilen dan pati sagu telah menunjukkan hasil yang menjanjikan dalam menghasilkan polimer dengan sifat termoreversibel. Penelitian juga mencakup penggunaan katalis alternatif berbasis polivinil alkohol dalam proses produksi FAME (fatty acid methyl ester), yang lebih ramah lingkungan dibandingkan katalis konvensional berbasis polistiren. Selain itu, ada penelitian kolaboratif yang bertujuan menggantikan semen Portland dengan biopolimer dalam konstruksi, yang menunjukkan potensi penggunaan glukomanan dan pati sebagai substitusi yang lebih ramah lingkungan.
“Strategi pengembangan produk polimer harus berfokus pada penggunaan bahan baku terbarukan, memastikan produk polimer tidak mencemari lingkungan, dan mempromosikan daur ulang melalui konsep kimia hijau dan kimia sirkular untuk mencapai keberlanjutan di masa depan,” ujar Prof. Henky menutup pidato pengukuhannya.
Ucapan selamat dan apresiasi disampaikan oleh Rektor UNPAR, Kepala LLDIKTI Wilayah IV, Senat UNPAR, serta berbagai tamu undangan yang berasal dari berbagai instansi. Proficiat! (HK)

Rekaman acara pengukuhan tersebut dapat diakses di kanal youtube UNPAR berikut: