Orasio Dr. Henky Muljana, S.T., M.Eng. – Pengembangan Produk Polimer: Permasalahan, Arah Riset dan Potensi Aplikasinya di Indonesia

Pada acara Dies Natalis Fakultas Teknologi Industri ke-26, Dr. Henky Muljana, S.T., M.Eng. menyampaikan orasi ilmiahnya yang berjudul “Pengembangan Produk Polimer: Permasalahan, Arah Riset dan Potensi Aplikasinya di Indonesia”.

Produk polimer seringkali ditemui dalam berbagai produk yang digunakan sehari-hari. Disampaikan pada tahun 2017, 348 juta ton polimer diproduksi, dengan total mencapai 7800 juta ton polimer yang telah diproduksi dalam 65 tahun terakhir. Dari jumlah tersebut hampir 40% produk plastik digunakan sebagai kemasan, 20% untuk konstruksi, 10% untuk otomotif, dan sisanya pada peralatan elektronik, perabotan, peralatan industri, dsb.

Dalam paparannya Dr. Henky menyampaikan bahwa produksi polimer yang saat ini masih bersumber dari minyak bumi, di mana dibutuhkan 100 juta barel minyak bumi untuk memproduksi 8 juta ton plastik. Sekalipun hanya sekitar 5% dari total produksi minyak bumi yang digunakan sebagai bahan baku polimer, mulai muncul kesadaran bahwa minyak bumi merupakan bahan baku yang tidak terbarukan.

Selain bahan baku yang dapat habis, masalah lain yang diungkapkan adalah limbah polimer yang dihasilkan tidak dapat terurai alami di alam. Saat ini menurut BPS Indonesia membuang sebanyak 64 juta ton sampah per tahun, di mana sebesar 3,2 juta ton sampah plastik mencemari laut setiap tahunnya. Contoh lain adalah limbah ban bekas yang diperkirakan mencapai 1,5 milyar ban setiap tahunnya. Baik limbah plastik maupun limbah ban jika dibiarkan di landfill dapat menimbulkan berbagai masalah baik bagi manusia dan lingkungan.

Lebih lanjut disampaikan, kebijakan tata kelola limbah mengikuti waste management hirearchy, yaitu disposal, recovery, recycle, reuse dan reduce. Opsi pembuangan (disposal) merupakan opsi yang tidak diinginkan, karena tidak menyelesaikan permasalahan limbah plastik. Pemerintah Indonesia sendiri berkomitmen untuk mengurangi pembuangan sampah melalui PP no 97 th 2017 dan PP no 83 th 2018. Opsi paling sederhana yang dapat ditempuh adalah pengolahan sampah plastik menjadi energi dengan menggunakan beberapa teknologi seperti insinerasi, gasifikasi, dan pirolisis. Selanjutnya opsi daur ulang yang dimungkinkan untuk plastik dengan kategori 1 (PET), 2 (LDPE), 4 (HDPE), dan 5 (PP) di mana diperlukan edukasi masyarakat mengenai pemilahan sampah plastik, diiringi dengan sarana prasarana yang memadai. Dua opsi lain yang dapat ditempuh adalah dengan menggunakan kembali sampah plastik dan pengurangan jumlah sampah. Kedua opsi ini juga menuntut perubahan gaya hidup masyarakat, selain juga diperlukan riset-riset yang mendukung substitusi material plastik yang tidak dapat terurai.

Dr. Henky selanjutnya memaparkan strategi pengembangan produk polimer saat ini, yaitu pengembangan polimer berbasis biomassa dan pengembangan polimer daur ulang. Polimer berbasis biomassa memiliki keunggulan penggunaan bahan baku yang terbaharukan, serta produk bioplastik yang dihasilkan dapat terurai secara alami. Lebih lanjut Dr. Henky mepaparkan berbagai teknik dan reaksi kimia yang dapat digunakan untuk menghasilkan bioplastik, seperti modifikasi biopolimer, pemanfaatan gula sebagai bahan dasar sintesis polimer, dan polimer dari minyak nabati. Sementara itu pengembangan polimer daur ulang berprinsip pada pembuatan polimer dengan ikatan silang yang reversibel. Hal ini memungkinkan produk plastik yang telah digunakan dapat didaur ulang sebagai bahan pembuatan plastik kembali.

“Sekalipun strategi-strategi yang dipaparkan tersebut telah berhasil memberikan produk plastik yang dapat didaur ulang dan terurai di alam, terdapat beberapa tantangan, antara lain harga produk yang lebih tinggi dibandingkan plastik konvensional dan sifat mekanik plastik yang belum menyamai plastik konvensional. Selain juga perlu meningkatkan efisiensi proses dan pengembangan produk dengan rute sintesis lainnya,” ujar Dr. Henky menutup orasi ilmiahnya.

X