Kemajuan teknologi tidak lepas dari munculnya berbagai bentuk inovasi yang dikembangkan oleh para ahli di bidangnya. Salah satunya bidang teknik kimia sebagai salah satu pilar teknologi.
Inovasi menjadi topik utama yang diangkat dalam The 2nd International Conference on Chemical Engineering (ICCE). ICCE diselenggarakan oleh Program Studi (Prodi) Teknik Kimia Universitas Katolik Parahyangan (Unpar) bekerja sama dengan Nano Center Indonesia, Fakultas Teknik Universitas New South Wales (UNSW), Australia; dan Badan Koordinasi Kegiatan Mahasiswa Teknik Kimia Indonesia. Dalam rangkaian seminar yang diadakan selama dua hari, 26-27 Oktober 2016, di Bandung, tema utama yang diangkat adalah “Innovative Product and Process Design in Material, Food, and Energy Sectors”.
Kegiatan ini merupakan bagian dari agenda tahunan yang diadakan oleh Prodi Teknik Kimia Unpar dalam rangka mempertemukan ilmuwan, pemerintah, dan industri untuk duduk berdiskusi serta mendiseminasikan ilmu terkini. Konferensi tersebut menghadirkan keynote speaker dari beberapa negara seperti Australia, Belanda, Korea, Malaysia, dan Indonesia sebagai tuan rumah. Konferensi juga mempresentasikan 40 makalah dari akademisi dan peneliti yang berasal dari Filipina, Malaysia, Taiwan, Vietnam, dan berbagai perguruan tinggi lainnya di Indonesia.
Mencari Material Baru
Perubahan dalam bidang kimia kini terlihat dari ditemukannya beragam jenis material baru, baik dalam tahap riset, maupun yang sudah diterapkan dalam proses produksi skala besar. Adapun produk yang dihasilkan mulai dari bahan bakar terbarukan, hingga produk-produk domestik yang kita pakai sehari-hari.
Salah satu jenis material baru yang dikembangkan adalah microalgae. Seperti dikemukakan oleh Razif Harun, Ph.D., dari Universiti Putra Malaysia, microalgae dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti produk pangan, farmasi, dan bahan bakar organik (biofuel). Dengan harga yang kompetitif serta penelitian yang terus ditingkatkan, terutama dalam bidang kultivasi microalgae, maka penggunaannya untuk berbagai keperluan memiliki potensi tinggi untuk diwujudkan.
Selain microalgae, penelitian fluida superkritik juga mengundang ketertarikan. Dalam pemaparannya, Prof. Youn-Woo Lee dari Seoul National University menyatakan bahwa keunggulan teknologi fluida superkritik selain ramah lingkungan juga menghasilkan kualitas produk yang jauh lebih baik. Penerapan teknologi tersebut sangat luas, mulai dari obat berukuran nano, teknologi pengolahan limbah, modifikasi beras merah, hingga pembuatan minyak wijen dan kopi.
Beras merah yang telah dihilangkan minyaknya dengan teknologi superkritik memiliki waktu matang yang lebih singkat. Selain itu, kandungan gizi lebih baik dibandingkan dengan beras yang diolah dengan metode konvensional.
Inovasi dan Keberlanjutan
Proses produksi memerlukan sumber daya, seringkali dalam jumlah yang tidak sedikit. Masalah ini semakin buruk dengan masih tingginya penggunaan energi tidak terbarukan dalam proses produksi.
Tidak salah bila kita membutuhkan strategi baru dalam menggunakan dan mengelola energi yang ada. Direktur Bioenergi dari Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi Sudjoko Harsono Adi menyampaikan beberapa strategi yang mulai diadaptasi untuk mengurangi keterbatasan pasokan energi di Indonesia. Contohnya, penggunaan biodiesel secara bertahap dan penggunaan biomassa sebagai sumber energi.
Inovasi dalam bidang kimia dapat juga diterapkan dalam penghematan dan pemanfaatan kembali sumber daya, seperti yang dikemukakan oleh Assoc. Prof. Julian Cox dari UNSW, Australia. Ia memaparkan solusi keterbatasan sumber daya air di Australia dengan teknologi ceramic membrane. Hasilnya, sekitar 80 persen air dapat digunakan kembali.
Prof. (em) Ken Buckle, dari UNSW, membawakan topik inovasi dalam pengawetan dan pemrosesan makanan. Ia memaparkan, pengembangan teknologi pengawetan pangan seperti penggunaan manipulasi genetik serta sistem distribusi pangan menjadi semakin penting seiring dengan urbanisasi dan perubahan iklim.
Terakhir, inovasi berkelanjutan dalam pengembangan suatu produk dibahas Prof. (em) Leon P. B. M. Janssen dari University of Groningen, Belanda. Ia mengatakan, perlu memperhatikan ketersediaan teknologi, penerimaan pasar, selain juga mempertimbangkan keberlanjutan dari produk tersebut.
Prodi Teknik Kimia Unpar tidak hanya menjadikan inovasi sebagai bahasan, tetapi secara langsung mendorong inovasi dalam masyarakat. Salah satunya melalui program pengabdian masyarakat di Desa Cukanggenteng, Ciwidey, Kabupaten Bandung. Desa ini merupakan penghasil ikan pindang yang berkualitas, tetapi hanya dapat disimpan dalam waktu terbatas.
Bekerja sama dengan Himpunan Mahasiswa Prodi Teknik Kimia, Unpar memberikan solusi dengan mengenalkan masyarakat pada teknologi kemasan kedap udara atau vacuum sehingga waktu penyimpanan ikan pindang makin panjang dan produksi dapat ditingkatkan. Hal ini secara langsung akan meningkatkan taraf hidup masyarakat.
Sumber: KOMPAS – Griya Ilmu (Selasa, 8 November 2016)


