Dalam rangka Dies Natalis Fakultas Teknologi Industri XXIII, diadakan acara Orasio, pada hari Kamis, 21 April 2016. Orasio disampaikan oleh Dr. Tedi Hudaya, S.T., M.Eng Sc dari Program Studi Teknik Kimia, dengan judul “Potensi, Pengelolaan, dan Teknologi Pemanfaatan Biomassa serta Listrik Terbarukan untuk Ketahanan Energi Indonesia di Masa Depan”.
Dalam orasionya, Dr. Tedi Hudaya mengungkapkan bahwa sejak revolusi industri, kebutuhan akan bahan bakar dan energi pembangkit listrik sangat besar, dan terus meningkat hingga saat ini. Akan tetapi, sumber energi yang digunakan masih berasal dari bahan bakar fosil (minyak bumi, gas alam, dan batu bara) yang tidak tebarukan. Sementara pertumbuhan energi terbarukan sangat rendah, yaitu hanya meningkat 5,1% dalam kurun 40 tahun terakhir. Ketergantungan dunia akan bahan bakar fosil ini menyebabkan dampak negatif seperti pemanasan global, kabut asap, dan hujan asam. Selain itu, ketersediaan bahan bakar fosil juga semakin menipis, di mana diperkirakan cadangan minyak dunia akan habis pada akhir abad 21, gas alam sampai pertengahan abad ke-22, dan batu bara pada tahun 2230. Oleh karena itu perlu upaya serius untuk beralih ke sumber energi terbarukan, selain berupaya menurunkan emisi gas CO2.
Dr. Tedi Hudaya memaparkan berbagai sumber energi non-fosil yang dapat digunakan untuk menggantikan bahan bakar fosil, di antaranya biofuel, seperti bioethanol, biodesel, dan green diesel untuk menggerakkan sector transportasi. Serta sumber energi terbarukan untuk memenuhi kebutuhan listrik, seperti matahari, air, angin, geothermal, selain nuklir yang dapat digunkan untuk mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil. Sementara berbagai upaya menurunkan emisi gas CO2 yang dapat ditempuh seperti carbon sequestration dan carbon offset. Sementara secara sederhana upaya yang dapat dilakukan oleh masyarakat adalah penghematan energi, seperti mematikan lampu dan alat elektronik jika tidak digunakan, selain upaya 3R, dan penghijauan.
Dalam penjelasannya, Dr. Tedi Hudaya memaparkan bahwa saat ini pemerintah Indonesia telah mengambil kebijakan-kebijakan serta targe-target yang serius untuk mendorong pengembangan Energi Baru dan Terbarukan. Beberapa sumber energi potensial yang disebutkan di antaranya bioethanol dari tetes tebu, pati (singkong, sagu, ubi jalar), biodiesel dari minyak nabati seperti sawit, sudah menjadi program pemerintah. Dr. Tedi Hudaya menyoroti bahwa pemerintah saat ini belum memasukkan green diesel sebagai salah satu komponen biofuel di Indonesia, padahal konversi minyak nabati menjadi hidrokarbon (komponen penyusun solar dan bensin) relatif mudah dilaksanakan. Beberapa sumber terbarukan lain yang dipaparkan adalah limbah hasil pertanian dan peternakan, serta alga yang dapat diolah untuk menghasilkan bahan bakar terbarukan (bioethanol, biodiesel, green diesel, dan biogas).
Salah satu potensi yang perlu dipertimbangkan untuk masa depan, adalah pembangkit listrik tenaga surya termal, dengan teknologi Concentrating Solar Thermal Power yang berpotensi memenuhi kebutuhan listrik dalam skala besar. Hal ini dapat mengurangi, bahan tidak mustahil menihilkan ketergantungan dunia akan minyak bumi dan sumber fosil lainnya. Sementara teknologi konversi listrik menjadi bahan bakar cair juga berpotensi diaplikasikan untuk meredam dan meniadakan dampak buruk emisi gas rumah kaca, dengan mengkonversi CO2 menjadi methanol.
Menutup orasionya, Dr. Tedi Hudaya memaparkan pentingnya Indonesia beralih dari bahan bakar fosil, menuju energi baru dan terbarukan, yang perlu dipersiapkan, diperluas, dan diperkuat sejak sekarang, untuk mendukung ketahanan energi Indonesia di masa yang akan datang.


