Penulis : Kumalasari Dewi Wijaya
Menjadi mahasiswi Teknik Kimia di Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR) tidak menghalangi Christabell Kusuma, yang akrab disapa Abel, untuk mengeksplorasi dunia yang sedikit bertolak belakang dari disiplin ilmunya. Melalui ajang Indonesia Sales Competition 2024, ia membuktikan bahwa ketertarikan dan keberanian mencoba hal baru bisa membuka pengalaman luar biasa.
Awalnya, ketertarikan Abel pada lomba ini muncul karena ia melihat banyak alumni Teknik Kimia yang justru berkarier di luar bidang teknik. Ia pun merasa dirinya mungkin akan menempuh jalan serupa. Maka dari itu, ajang Indonesia Sales Competition yang menekankan aspek manajemen dan pemasaran menjadi peluang emas baginya untuk belajar sesuatu yang benar-benar baru. Abel berjalan maju dengan motivasi terbesarnya yang datang dari seorang dosen Teknik Kimia, Pak Budi. Beliaulah yang mendorong mahasiswa untuk ikut serta, bahkan dengan pesan sederhana namun kuat: “Coba aja, nggak usah mikir menang kalah, yang penting experience-nya. Siapa tahu malah bisa ke Padang.” Kata-kata itu terus melekat di benak Abel dan menjadi semangat utama dalam perjalanan lombanya.
Tantangan, Persiapan, dan Dukungan Penuh Dosen
Memasuki dunia kompetisi seperti Indonesia Sales Competition tentu tidak mudah. Abel harus menghadapi tantangan yang besar, terutama dalam mempelajari cara komunikasi sebagai sales B2B, memahami kasus yang kompleks dalam waktu terbatas, hingga menyusun strategi untuk bisa menyampaikan semua poin penting secara efektif selama percakapan dengan buyer.
Salah satu pengalaman paling menarik bagi Abel adalah saat simulasi atau “run” bersama peserta lain dari UNPAR. Meski membawa materi yang sama, setiap simulasi berjalan dengan cara berbeda. Dari situ ia belajar fleksibilitas, menjaga arah percakapan, dan memastikan komunikasi tetap fokus pada tujuan.
Pelajaran berharga lainnya adalah bagaimana ia harus menjaga semangat, nada suara, dan ekspresi agar tetap terlihat antusias di depan buyer, meski secara mental dan fisik sudah terkuras. Apalagi, sehari sebelum final, Abel dan peserta lain mendapat pelatihan intensif bak kuliah 5 SKS dari dosen-dosen FISIP dan Manajemen. “Capek, tapi dari situ justru banyak banget insight baru yang aku dapat,” ujarnya.
Untungnya, Abel tak menjalani proses ini sendirian. Dukungan penuh datang dari para dosen UNPAR, mulai dari Pak Budi sebagai penghubung hingga dosen-dosen dari FISIP dan Manajemen yang membimbing dengan sabar. Mereka sangat terbuka dan membantu Abel dalam memahami materi yang benar-benar asing bagi anak teknik.
Proses Menuju Juara dan Pelajaran Berharga
Proses persiapan dimulai dari membaca dan memahami kasus lomba, mencari referensi, mendalami latar belakang klien serta perusahaan tempatnya berperan sebagai sales, hingga membuat presentasi dan latihan berbicara secara langsung. Hal ini dilakukan di tengah jadwal kuliah Teknik Kimia yang padat di mana terdapat kelas hingga sore, tugas menumpuk, dan latihan yang sering kali dimulai pukul 9 malam.
Kerja keras itu terbayar saat Abel berhasil mencapai final dan meraih juara di Indonesia Sales Competition 2024 di Padang pada tanggal 12-13 Desember 2024. Namun, tahap final bukan tanpa tekanan. Bernegosiasi langsung dengan buyer di hadapan umum menjadi momen paling menegangkan. “Deg-degan banget, tapi aku belajar buat tetap tenang dan kasih feedback yang tepat,” ungkapnya. Selama kompetisi, banyak pelajaran yang ia bawa pulang. Ia belajar tentang digital marketing, parameter-parameter pentingnya, serta berbagai konsep dasar dunia pemasaran. Namun yang paling berkesan adalah pelajaran mengenai manajemen waktu dan keterampilan komunikasi, karena setiap sesi menuntut kemampuan untuk mendengar aktif dan memimpin arah diskusi dalam batas waktu tertentu.
Pesan, Kesan, dan Filosofi Simpel yang Menguatkan
Di akhir perjalanannya, Abel menggambarkan pengalaman Indonesia Sales Competition sebagai sesuatu yang seru dan tak terduga, seperti bermain game. Meskipun kasus dan buyer yang dihadapi sama, hasil akhirnya bisa sangat berbeda tergantung pendekatan masing-masing peserta. Ia merasa senang bisa mendapat banyak teman baru dari berbagai universitas serta belajar dari dosen lintas disiplin.Sebagai penutup, Abel membagikan prinsip sederhana yang menjadi pegangannya selama lomba: “Santai aja, anggep nggak ada siapa-siapa, fokus ke buyer di depan.” Ia selalu mengingat untuk menjawab sesuai apa yang ia tahu, tanpa melebih-lebihkan, dan tetap jujur dalam menyampaikan ide. Proficiat, Abel!
