Analisis Bisnis: Antara Data, Intuisi, dan Strategi Bertahan

Penulis: Leonardus Fabian Cahya Purnomo I Editor: Kumalasari Dewi Wijaya

Jumat, 26 September 2025 – Pada era Revolusi Industri 4.0, kumpulan informasi dan data sering disebut sebagai “minyak baru.” Namun, sebagaimana minyak mentah, data tidak akan bermanfaat jika tidak diolah terlebih dahulu menjadi “bahan bakar” yang mampu menggerakkan roda bisnis dan perekonomian.

Di sinilah peran business analysis atau analisis bisnis menjadi krusial, tentang bagaimana mengubah pengetahuan (knowledge), terutama pengetahuan seorang generalis dan insinyur teknik kimia, menjadi pemahaman mendalam (insight) yang mampu memicu keputusan strategis yang berdasar pada alasan objektif dan terjamin secara ilmiah.

Kuliah Business Analysis di program peminatan Chemical Business Development (CBD), Program Studi Teknik Kimia Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), menghadirkan kuliah tamu dari Ben Indra, seorang praktisi bisnis dan analis berpengalaman sekaligus alumni UNPAR. Dalam sesi ini, Ben berbagi perjalanan kariernya sejak awal, termasuk real case study yang pernah ia temui dan pecahkan, untuk memberi inspirasi langsung kepada mahasiswa mengenai bagaimana analisis bisnis bekerja dalam menghadapi problematika dunia nyata.

Kegiatan dibuka dengan pertanyaan ringan: “Apa perbedaan knowledge dan insight?” Awalnya, mahasiswa masih malu-malu menjawab, namun perlahan suasana kelas menjadi hidup. Ben menjelaskan, knowledge berarti “mengetahui,” sedangkan insight berarti “memahami lebih dalam.”

Dalam konteks bisnis, insight adalah inti yang mendorong aksi. Informasi yang dimiliki tidak boleh hanya disimpan, tetapi harus diolah dan dimanfaatkan untuk menghasilkan keputusan yang bernilai, layaknya minyak mentah yang harus diolah sebelum menjadi produk akhir.

Sesi kemudian dilanjutkan dengan studi kasus perilaku konsumen pada jam sibuk (peak hour) dan jam sepi (non-peak). Konsumen pada jam sibuk biasanya memiliki tujuan belanja yang jelas dan sulit dipengaruhi promosi, sedangkan pada jam sepi terdapat peluang lebih besar untuk memperkenalkan produk baru. Diskusi pun berkembang ke arah strategi penyesuaian promosi dan jumlah tenaga sales marketing berdasarkan pola perilaku konsumen tersebut.

Data, Proses, dan Pengambilan Keputusan

Materi inti kuliah membahas peran business analyst, mulai dari mengidentifikasi kebutuhan perusahaan, menggali data dari berbagai divisi (R&D, HR, marketing, dan sales), hingga memberikan rekomendasi strategis bagi stakeholder.

Ben menekankan bahwa data tidak boleh dangkal atau superfisial. Data harus digali lebih dalam (granular), dibandingkan dengan data dari sumber lain, serta dianalisis hingga ke akar permasalahannya.

Selain itu, pentingnya pelatihan karyawan juga ditekankan. Mengacu pada studi kasus peak dan non-peak hour, banyak staf sales yang belum memahami perbedaan pola pikir konsumen. Karena itu, pelatihan tambahan dan indikator kinerja (KPI) yang relevan perlu disiapkan untuk mengukur efektivitas strategi promosi secara berkelanjutan.

Beberapa metode analisis bisnis yang diperkenalkan antara lain:

  • SWOT Analysis sebagai dasar dari banyak strategi merek hingga saat ini.
  • Six Sigma & 5 Why’s sebagai pendekatan berpikir kritis untuk menemukan akar masalah dengan semangat “why, why, and why.
  • DMAIC (Define, Measure, Analyze, Improve, Control) sebagai metode peningkatan kualitas berkelanjutan dari insight yang telah diimplementasikan.

Ben juga menegaskan bahwa latar belakang teknik kimia merupakan pijakan kuat untuk memasuki dunia business analytics. Mahasiswa teknik kimia yang terbiasa dengan angka, analisis sistem, dan optimasi proses menjadikan semua keterampilan ini sangat relevan untuk merancang strategi berbasis data di berbagai sektor industri.

Dari Data hingga AI

Sesi diskusi berlangsung serius dan interaktif. Mahasiswa/i tidak hanya diajak memahami data, tetapi juga bagaimana menggabungkan intuisi, pengalaman praktisi, bahkan gut feeling dalam pengambilan keputusan.

Data memang penting, tetapi tanpa sentuhan manusia, data bisa terasa dingin,” ujar Ben.

Diskusi juga menyinggung peran Artificial Intelligence (AI) dalam dunia bisnis. Di beberapa instansi seperti KAI dan maskapai penerbangan, teknologi digital seperti face recognition, analisis ekspresi wajah, dan AI kini digunakan untuk memahami perilaku konsumen secara real time.

Namun, muncul pertanyaan menarik, “apakah AI akan menggantikan peran analis bisnis?”
Menurut Ben, AI dapat mempercepat analisis, tetapi keputusan strategis tetap membutuhkan intuisi dan empati manusia.

Mahasiswa/i juga diingatkan akan pentingnya proses trial and error dalam bisnis, asal tidak mengulangi kesalahan yang sama. Mereka diajak untuk terus connected dan curious, untuk membangun jaringan di platform seperti LinkedIn, belajar dari start-up lain, serta mengikuti perkembangan pasar. Karena, menurut Ben, praktik business analytics dapat dimulai dari mana saja dan kapan saja.

Media Sosial dan Inovasi Promosi

Sebagai penutup, mahasiswa/i diperkenalkan pada pentingnya peran media sosial dalam membentuk strategi pemasaran. Beberapa contoh strategi efektif antara lain, yakni video demo singkat, konten pelanggan (user-generated content), testimoni micro-influencer, promosi berbatas waktu, polling interaktif, hingga iklan lokal dengan call to action “kunjungi toko terdekat.” Semua strategi ini menekankan pentingnya kreativitas berbasis data untuk menjangkau konsumen secara lebih personal.

Kuliah tamu ini menegaskan satu hal penting, yaitu business analysis bukan lagi sekadar metode, melainkan kebutuhan untuk bertahan hidup di dunia bisnis modern, “either you do it or die.”

Data, intuisi, dan teknologi harus berjalan seimbang agar perusahaan dapat mengambil keputusan yang tepat. Bagi mahasiswa/i Teknik Kimia, kuliah ini membuka wawasan baru bahwa kemampuan numerik dan analitis yang dimiliki bisa menjadi modal kuat untuk merambah dunia bisnis. Dengan menguasai analisis bisnis, mereka tidak hanya siap berkompetisi, tetapi juga siap memimpin di era perubahan yang serba cepat.